Minggu, 18 Oktober 2020

Jalan-jalan Gratis "Flying Fantasy" bareng Femina


Saya beruntung bisa mendapatkan tiket gratis “Flying Fantasy” dari Majalah Femina untuk pergi jalan-jalan bareng sahabat saya ke Singapura pada tanggal 16-17 Oktober 2010 baru-baru ini. Hal ini tentu saja tidak saya lewatkan. Ata, Baby dan Edib adalah ketiga sahabat yang saya ajak ikut bersama.

Jadwal keberangkatan adalah pukul 08.20 WIB dengan menggunakan pesawat Air Asia. Sesuai dengan meeting terakhir, seluruh pemenang diharuskan berkumpul di airport Soekarno-Hatta bertemu dengan kru femina untuk mendata semua anggota group yang akan berangkat ke Singapura. Saya sedikit panik, karena salah satu teman saya, Ata, ternyata belum juga datang, padahal semuanya sudah harus check-in dan siap boarding. Akhirnya saya, Baby dan Edib lebih dahulu check-in sambil menunggu kedatangan Ata di menit-menit terakhir. Setelah menunggu dengan cemas, takut kalau saja kami harus berangkat tanpa Ata, akhirnya yang kami tunggu datang juga. Senangnya, group kami sudah lengkap dan siap berangkat ke Singapura dan jalan-jalan ke Universal Studio Singapura (USS).

Unforgettable moment... Ya, itu adalah kata-kata yang pantas saya tuliskan untuk pengalaman kali ini. Senangnya liburan bersama sahabat-sahabat yang bisa dibilang sehati sepenanggungan… karena kami hampir saja ketinggalan bis yang akan mengantar rombongan dari Changi menuju USS. Setelah mondar-mandir, mencari sekumpulan orang yang memakai jaket merah Femina yang ternyata sudah tidak ada, akhirnya saya berinisiatif menghubungi salah satu kru Femina. Setelah berhasil dihubungi, kami sadar ternyata kami telah ketinggalan bis rombongan. Thank God team Femina mau puter balik dan jemput kami yang ketinggalan ini … Jadilah kami berangkat bersama satu mobil dengan kru Femina dan Ayo Wisata Perasaan lega bercampur dengan rasa bersalah karena sudah menyita waktu untuk menjemput kami kembali. Karena ketinggalan rombongan itu kami juga harus memboyong semua koper-koper ke USS sebab mobil yang mengangkut barang bawaan peserta ternyata sudah langsung ke Hotel. Dibenak saya dan sahabat-sahabat saya saat itu adalah “NAIK ROLER COASTER SAMBIL PELUK KOPER, di tambah teriknya Matahari Singapura. Ngebayanginnya aja udah gak enak, but Thanks again to the safety box yang tersedia di depan pintu USS. Kami pun harus rela mengeluarkan kocek sebesar S$16 untuk penyewaan selama 4 jam.

Day 1

Jujur saja, inilah pertama kali kami berempat masuk ke USS. USS terdiri dari tujuh zona bertema termasuk Hollywood, New York, Sci-Fi City, Mesir Kuno, The Lost World, Far Far Away dan Madagaskar. Melihat studio USS, hmmmm satu hal yang membuat mata kita berbinar-binar adalah ROLLER COASTER. Ahhh! Rasanya adrenalin sudah berpacu !!!

Di zona New York, sebagai pemanasan, kami mencoba studio Pak Steven Speilberg yang ternyata memang keren banget. Kami seperti tersihir berada di dalam ruang panggung efek visual badai New York City dengan latar belakang sebuah rumah perahu tua dan gedung pencakar langit yang terbakar. Andai saja Indonesia bisa menciptakan efek keren seperti itu. Berkat kecerdasan, imajinasi dan teknik yang hebat melebur menjadi satu, wuzzzzzz maka efek-efek film seperti badai besar, angin, percikan api besar dan kebakaran pun bisa jelas terlihat di depan mata kita.

Keluar dari studio, di Zona Hollywood, kami melihat sosok wanita yg telah menjadi simbol kecantikan dan keseksian hollywood di eranya, Marlyn Monroe. Dengan rambut blonde dan tahi lalat di atas bibir serta gaun putih yang berkibaran, rasanya kami tidak mau melewatkan kesempatan untuk ikut berfoto bersama dengan Marlyn Monroe KW 1 tersebut.

Satu hal yang gak mungkin dilupakan adalah CANOPY FLYER, bentuknya seperti ayunan yang menggunakan rail-nya si roller coaster jadi ketika kita naik permainan ini seperti di ayun-ayun dengan kecepatan sedang dan meyusuri rail yang di buat turun naik hingga berputar. Cukup seru. Dari awal saya sudah menolak untuk ikut permainan yang ekstrim. Dan menurut saya permainan ini cukup ekstrem, mengingat saya paling takut dengan ketinggian. Tetapi sahabat saya protes, supaya saya tetap ikut dalam permainan pertama ini. Sampai taruhan segala. Selain karena merasa tertantang dan tentu saja jumlah uang taruhan yang cukup besar, akhirnya saya rela untuk berpartisipasi. Sepanjang permainan Saya terpaksa menutup mata dan berteriak sekencang-kencangnya. Selesai permainan saya jadi bahan ledekan dan tertawaan sahabat-sahabat saya.

MUMMY Coaster adalah permainan yang berada di zona Mesir Kuno. Yess, sahabat-sahabat saya sampai ngantri 2 kali untuk ikut permainan ini. They are so in love with Mummy coaster !!! Roller COASTER INDOR HIGH SPEED !!! menurut mereka sih, keren banget dari suasana yang gelap tikungan yang tajam di puter-puter dalam trail yang di bakar (kalau yang ini efek panas aja, hanya sedikit merasakan panas api) dan turun naik yang entah setinggi apa karena gelap banget. Yang lucu, Baby bilang, bahwa Ata sempat teriak UNTUNG AYI NGGAK IKUTTTTT!!!!! Yahhh, untuk yg satu ini saya memang sudah tahu kalau bakal lebih ekstrim dari permainan yang pertama. Teriakan pengunjung saja bisa terdengar sampai keluar. Saya cukup sabar hanya menjaga tas sahabat-sahabat saya. Gak kebayang kalo sampai saya ikut, mungkin setelahnya saya bakal berada di EMERGENCY ROOM hahahaha….

Belum puas dengan Mummy Coaster, sahabat saya memaksa Saya untuk ikut permainan Jurassic Park Rapids Adventure. Saya pikir hanya permainan biasa, wahana permainan dengan menggunakan sistem arung jeram. Ternyata cukup menguji nyali juga. Awalnya perahu berkapasitas 5-8 orang dibawa berputar-putar mengelilingi lingkaran air di kompleks Jurassic Park, dimana makhluk jenis Dinosaurus berkeliaran bebas. Berbagai sound effect mengenai akan datangnya banjir bandang hingga bermacam dinosaurus yang tiba-tiba muncul dari bawah permukaan air dan semak-semak menembakkan air. Kembali saya jadi tertawaan temen-teman saya, terutama pada bagian akhir dimana perahu dihempaskan kebawah dari ketinggian tertentu. Basah, sudah pasti. Tapi berhubung matahari sangat terik, seketika baju kami pun langsung kering.

Shrek 4-D Adventure adalah permainan dalam ruangan megah di USS zona Far Far Away. Kami diantar ke Gedung Farquaad tempat dimana pengunjung mendapatkan informasi awal bahwa karakter Putri Fiona - Shrek perlu diselamatkan! Kemudian kami menuju Shrek 4-D Adventure Theater, tempat pemutaran film. Disnilah kelucuan-kelucuan terjadi. Dengan menggunakan "Visi Ogre" kacamata 4D, karakter Shrek seperti hidup kembali melalui petualangan dongeng. Perjalanan berlangsung sekitar 20 menit dengan gerakan kursi, angin dan cipratan air untuk membuat tontonan lebih nyata.

Fantasy Airways adalah permainan terakhir yang kami kunjungi di zona Far Far Away. Kali ini Saya pun absen ikut. Saya menawarkan diri cukup untuk menjadi juru foto saja. Permainan ini mirip Halilintar yang ada di Dunia Fantasi. Sayang sekali, permainan yang sangat ditunggu sahabat-sahabat saya, ROLLER COASTER terbesar di zona Sci-Fi City belum dibuka. Mungkin di lain kesempatan kami dapat kembali ke USS untuk menikmatinya.

Perjalanan sore itu di USS kami tutup dengan sibuk memilih-milih marchandise di toko souvenir USS, pingin rasanya semua dibawa pulang, karena semuanya unik dan lucu-lucu. Saya memilih membeli kaos berkerah USS. Ow yaahh... ternyata, setelah saya perhatikan detil dibelakang kaos tertulis “Made in Indonesia.” Meskipun merasa sedikit dongkol, tapi lebih besar rasa bangga saya menjadi bangsa Indonesia. Setidaknya ada tulisan "Made in Indonesia" di setiap kaos yang ada dalam tas-tas belanja pengunjung USS.

Setelah puas bermain-main di USS kami menuju ke pertunjukan “Song of the Sea” masih di Sentosa Island dengan harga tiket S$10 per orang. Pertunjukan dimulai dengan sekumpulan pemuda yang menyanyikan lagu dari masing-masing daerah asalnya, seperti Melayu, India, China. Ada perasaan sedih, pada saat lagu ‘Anak Kambing Saya’ dinyanyikan oleh pemuda Melayu. Well, bukannya itu lagu rakyat Indonesia ya. Rasa sedih itu hilang digantikan dengan tontonan menawan tentang kisah seorang pemuda dari desa nelayan yang melihat putri tidur dan sekelompok Makhluk Laut yang digambarkan dengan baik melalui permainan air mancur dan efek laser.

Jam menunjukkan pukul 7 malam, akhirnya kami kembali ke hotel. Kami berencana untuk menikmati pemandangan pada malam harinya. Tentu saja tidak lupa membeli oleh-oleh. Kami memutuskan untuk pergi ke pasar murah Bugis Street. Suasananya sih seperti melawai atau pasar malam, dimana banyak barang murah yang ditawarkan, khas Singapura “3 for 10 atau 2 for 30.” Karena kami datang agak telat, beberapa toko sudah tutup. Ata, yang baru pertama kali ke Singapura, merayu untuk diantar ke MUSTAFA. Akhirnya, dengan menggunakan taxi, kami menuju MUSTAFA, Toko kelontong serba ada, kalau saya diminta melukiskan. Mulai dari make up, toileters sampai coklat tersedia dengan harga yang lebih murah. Tidak heran kalau banyak sekali pengujungnya. Semakin malam, semakin ramai. Ternyata Edib dan Ata, tidak sanggup lama-lama berada di dalamnya, padahal belum sempat menemukan apa yang dicari. Sedangkan saya dan Baby sibuk berbelanja coklat, untuk oleh-oleh. Sementara menunggu kami berbelanja, Edib dan Ata menunggu di depan pintu toko sambil melihat-lihat turis yang asik makan kebab. Disinilah mereka berdua melihat bahwa Singapura memang kota yang sangat ketat keamanannya. Terbukti ketika ada seorang penguntil di toko MUSTAFA yang ketahuan mencuri. Tidak tanggung-tanggung, ada sekitar 10 orang polisi berbadan besar yang menangani lengkap dengan mobil van,“SEPERTI MENANGKAP PENJAHAT KELAS KAKAP!!!” Mungkin ini bisa di jadikan contoh ya untuk negara kita tercinta, meningkatkan keamanan sehingga masyarakat dan turis mancanegara yang datang pun merasa aman. Setelah merasa cukup dengan barang-barang belanjaan, dan melihat-lihat toko dipinggir jalan, maka kami kembali ke Hotel.

Tak terasa jam di tangan sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Cukup melelahkan. Walaupun kaki sedikit lecet, kami merasa puas bisa melewatkan hari ini bersama-sama. Alhasil, kami semua tidur dengan menggantungkan kaki di atas dinding tembok.

Day 2

Tampaknya, semuanya tidak semulus rencana kami, hehehe... rasanya ada saja kejadian-kejadian yang membuat kami sengsara namun terasa menyenangkan untuk diingat kembali. Seperti kejadian keesokan harinya, kami berencana untuk pergi ke Marlion Park, mengingat, sahabat saya, Ata ingin sekali berfoto di depan patung Marlion. Maka pagi-pagi sekali dengan menggunakan MRT, kami semua berangkat kesana walaupun cuaca dalam keadaan mendung dan gerimis. Keluar di MRT Rafless City, Ata mengeluh kalau sudah tidak sanggup lagi berjalan karena masih berasa pegal akibat banyak jalan sehari sebelumnya. Padahal letak Marlion Park dapat ditempuh hanya dengan 5-10 menit berjalan kaki. Akhirnya kami menghentikan taxi yang lewat. Setelah masuk kedalam taxi dan meminta supirnya mengantarkan kami ke tempat yang kami mau, dengan bijaksana sopir taxi menolak secara halus ‘you just have to go straight and cross the street. Just save your money.’ Mendengar perkataan supir tersebut, akhirnya kami keluar dari taxi dan sempat terdiam beberapa saat saling berpandanganan merasa heran. Setelah itu meledaklah tawa kami bersama-sama. Karena kami gagal memanjakan kaki kami sejenak hehehe...

Kami sempatkan sebentar jalan-jalan ke Orchard Road, untuk berbelanja titipan teman. Di salah satu gedung perbelanjaan kami bertemu dengan kru Femina (Mbak Dewi, Mbak Afra dan Mas Leo). Mereka bertanya apakah kami sudah melakukan check-out di Hotel tempat kami menginap. Kami baru ingat, biasanya waktu check-out adalah pukul 11 siang. Daripada harus membayar biaya late check-out akhirnya kami balik ke Hotel. Untung saja, petugas depan Hotel dengan ramah mempersilahkan kepada kami untuk selekasnya membereskan barang-barang kami dan melakukan proses check-out. Masih ada waktu beberapa jam sebelum bis rombongan mengantarkan kami ke Changi. Untuk memaksimalkan waktu, kamipun akhirnya meminta izin kepada kru Femina untuk berangkat sendiri ke Changi dan menghabiskan waktu berputar-putar disana.

Akhir dari perjalanan ini diakhiri dengan saling kejar-kejaran diantara kami. Pada saat check-in sahabat saya, Baby, sudah mengingatkan bahwa pesawat air asia yang akan ke Jakarta berada di Gate 45 Terminal 1. Tanpa melihat Boarding Pass, saya langsung mempercayainya. Saking asyiknya membeli oleh-oleh di Airport dan berhaha-hihi kami sampai lupa waktu. Pesawat akan berangkat pukul 5.20 sore hari sedangkan pada pukul 5.05 kami masih di terminal 3. Kontan kami langsung melesat lari menuju Terminal 1 dan mencari Gate 45. sesampainya di Gate 45, saya terbengong-bengong karena suasananya sepi, dan pintu masuk sedang di kunci oleh petugasnya. Tanpa banyak basa-basi saya langsung bertanya, apakah pesawat yang akan ke Indonesia sudah berangkat. Petugas tersebut menjawab, sudah berangkat 15 menit yang lalu. Saya deg-degan dan langsung mengeluarkan tiket Boarding Pass dan menunjukkan kalau jam penerbangan seharusnya paling tidak masih 2-3 menit lagi. Dengan tersenyum petugas tersebut menunjukkan bahwa kami salah Gate. Benar saja. Yang tertera di tiket tersebut adahalah adalah G47 bukan G45 seperti yang di katakan Baby. Akhirnya kami pun kembali berlari menuju G47, dan benar saja boarding room dipenuhi dengan rombongan Femina berjaket merah yang sudah mulai antri masuk ke dalam pesawat. Sambil tertawa geli karena kebodohan kami seblumnya kami pun melewati bagian security untuk pemeriksaan terakhir menuju Jakarta.

Selasa, 01 November 2011

Norma Rae


Effective Supervision Class...


As a mid-term test on November 1, 2011 at Effective Supervision Class - MDC Wolfson Campus, the professor allow us to watch a movie with title "Norma Rae" and gave an assignment to the students to create a resume of a movie. Made in the year of 1979, I found the movie was very interesting. Being a steward is a tough job. Norma Rae is not only have to deal with her colleagues, convince them to join the labor union, but also volunteer her time and life, working together with the Labor Union representative, Sony. She knows that it's not an easy job, but she never gives hope, even when she get fired after then. I guess for most of the workers who've been in an intolerable and bad condition of work would agree to improve a conducive working place, a mutual condition between worker and company.


http://www.imdb.com/title/tt0079638/

Senin, 24 Oktober 2011

Can I borrow your Handphone ??

Today is October 24, 2011

I love being with my friends here.... Eat dinner and laughing together...
We all (Surraiya, Cletus, Ellen. Muti, Marvin and I) decided to have dinner together after practicing our country presentation... 15 minutes... will always remembered... words that have been repeating from Nate, our Program Coordinator.. qiqiqiqi....

Anyway, I forget the name of the restaurant.. but it's in the downtown of Miami.. After we had ordered the food... of course we enjoyed our food... as a human who always compare one place to another... we all agreed that what we have today is nothing compared to what we had at Tr*****l.... no promotion here... :)

what encouraging me to write here is the story about one of my friends... after we had finished with the meal, we asked the waiters to take a bill. Since we decided before that we will pay separately, so we tried to calculate how much have we spent per person... everyone was busy counting... I, myself prefered using my .... and others even do not need a tool to count... part of the story that make us couldn't stop laughing all night was that, when Cletus pulled out an old calculator in order to count how much shuld he pay for the meal... spontaneusly we all laughed... OMG, I know that he is going to be an accountant after graduating a degree in his country, doesn't mean that you have to carry calculator and use it everywhere... and don't you think that it's a little bit awkward or embarassing (that's what Marvin said)... LOL... who would do such thing in a restaurant?... LOL
Now I have to admitt that he was so cute and naive... and I think I will never forget that moment... How funny and entertaining that night because of his behavior.. Well, no hard feeling my friend,,, but I wanna make a phone call, can I borrow your calculator? ....

Sabtu, 01 Oktober 2011

Getting Frozen


Frozen - Within Temptation


I can't feel my senses
I just feel the cold
All colors seem to fade away
I can't reach my soul
I would stop running, if i knew there was a chance
It tears me apart to sacrifice it all but I'm forced to let go

Tell me I'm frozen but what can I do?
Can't tell the reasons I did it for you
When lies turn into truth I sacrificed for you
You say that I'm frozen but what can I do?

I can feel your sorrow
You won't forgive me,
but I know you'll be all right
It tears me apart that you will never know but I have to let go

Tell me I'm frozen but what can I do?
Can't tell the reasons I did it for you
When lies turn into truth I sacrificed for you
You say that I'm frozen but what can I do?

Everything will slip away
Shattered peaces will remain
When memories fade into emptiness
Only time will tell its tale
If it all has been in vain

I can't feel my senses
I just feel the cold
Frozen...
But what can I do?
Frozen...

Tell me I'm frozen but what can I do?
Can't tell the reasons I did it for you
When lies turn into truth I sacrificed for you
You say that I'm frozen, frozen...

Senin, 19 September 2011

While I'm in Miami, FL



Alligator Alley - Naples - Sanibel -

Captiva Island - Fort Myers Trip


Trip with Mu'ti and two our mentor family from Indonesia,
Babeh Dharma and Emak Sandha
on September 18, 2011




Jumat, 05 Agustus 2011

Visiting Miami Art Museum (MAM)


Visiting Miami Art Museum (MAM) located in Downtown Miami, Florida.
When visiting on August 2, 2011, My friends from CCI Program and I were surprised by the art displays from various artist at that museum. At the entrance of MAM's new exhibit, a work called “I Wish Your Wish, 2003” by Rivane Neuenschwander, fills the walls with lots of colorful rainbow ribbons. There are wishes for visitors who visited the museum. Visitors wrote down their wishes on pieces of papers and put them on the hole where they took out a wish from. I wrote two wishes so I got the opportunity to pick two ribbons, one ribbon was written “I wish I could travel the world and explore new places” and the other “I wish my family understood me and valued my talents”. I felt very happy and honoured because my wishes will one day get the chance to be read and appreciated by other people who will come visit the museum. Another art performance are from this Brazilian artist was called the Rain Rains 2002”, “The Fall, 2009”; “The Tenant, 2010” and “One Thousand and One Possible Nights, 2008”.

On the second floor the Miami Art Museum displayed Mark Dion’s complete “South Florida Wildlife Rescue Unit”. Most of Mark Dion’s work was nature, and composed of two separate entities; living things and purely conceptual wilderness, which focuses on the Everglades. The other projects that impressed us was the mobile laboratory of the “South Florida Wildlife Rescue Unit” and the vehicle filled with lots of scientific instrument.

The Miami Art Museum uses only 2 floors to exhibit the art of those talented artists, we all enjoyed ourselves and we got the opportunity to learn to appreciate everything that we do in our lives.